Hujan renyai diluar, mengimbangi ekosistem bumi, yang sedari pagi panas membahang. Haba jalan meremang hingga ke dalam rumah. Pemain CD terpasang, sengaja saya mengulangi ‘track’ yang sama, Wahai Kekasih, dendangan Raihan. Lagu ini saya gemari, acapkali, tatkala semangat diri untuk berjuang membungkam, paling kurang ia mampu membasuh kembali kecintaan diri yang terlampau kepada dunia.
Hujan
Hujan, istilah kata yang familiar, sentiasa memberi makna indah untuk suasana. Oleh remaja kini, mendayu suara vokalisnya, mampu mendebit senyum di bibir mereka, apatah lagi bila diiringi irama lagu, kredit dihulur penuh luhur.
Namun bagi saya, dan mungkin sebahagian anda, saya dan hujan sukar dipisahkan, kami kerap bersama, bersua tanpa temu janji, lantas kerana selalu bertemu itulah, kami bersahabat, dia menjadi guru dan rujukan, juga sahabat yang mengajarkan hikmah dan kebaikan.
Hujan, satu rahmat dari Allah SWT, satu dari bukti sifat Rahman Tuhan, dan ini diceritakan dalam beberapa ayat dalam Al- Quran, antaranya, surah al-Hijr ayat 22,
“...dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu,...”
Menghitung kembali satu persatu anugerah Tuhan dikeliling kita, sebetulnya ia sudah cukup menjadikan kita insan paling bersyukur, tanpa perlu kita menunggu di anugerahkan kekayaan hingga mampu membeli kereta BMW 3 series, 5 series, X3, X5 apatah lagi X6, tidak perlu tunggu semua itu, manakan tidak, telah Allah hamparkan dunia untuk kita dengan kenyamanannya, beratapkan langit yang menyejukkan mata, diantara keduanya Allah taburkan lagi sekian banyak manfaat untuk makhlukNya, umatNya, yang bukan saja manusia bahkan haiwan-haiwan dan selain mereka, :
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”(6 : 38 )
(dabbatin) juga disebut umat, seperti jua manusia, makna kata, keseluruhan jadual kehidupan burung-burung dan haiwan merangkak, menjalar dan seumpamanya telah ditentukan oleh Allah SWT, dan apa semua ini?, kalau bukan kerana sifat Ar-RahmanNya. Bisa saja menjadi kacau bilamana jadual pemakanan anak-anak burung ciak, andaikata si ibunya merasakan petang hari bukan masa untuk pulang ke sarang, untuk dinner anak-anaknya, tidak lain, mati kebuluranlah anak-anak ciak berkenaan.
Berabad-abad lamanya, manusia telah mengambil madu sebagai manfaat dalam kehidupan, madu yang terhasil, upaya kerja keras lebah, digunakan secara meluas sebagai penawar penyakit manusia, manusia berupaya menggunakan segala kemampuan yang terdapat pada madu untuk kelangsungan hidup mereka, apa ini? Kalau bukan kerana sifat Ar-Rahman Allah SWT? Yang mengatur kebaikan demi kebaikan untuk manusia yang berakal.
Jika kita punya masa, kumpulkan kekuatan pada minda dan kedua tangan, berwuduklah dan belailah setiap helai kitab suci, lihatlah Ar-Rahman Tuhan pada surah yang ke 55 dalam Al-Quran. Tapi jika kita “sibuk” dan “tidak” punya masa,.. cukuplah seandainya kita terus ke surah Al-Mulk, ayat ke 23 :
“Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.”-
Surat Ar- Rahman
Lihatlah pada surah ini, disepanjang surah ini, tidak lain, Allah SWT yang Maha Agung, Maha Mulia menyatakan bahwa Dia sepanjang masa memberi kurnia dan kurnia kepada manusia, nikmat justeru sebagai manfaat kepada manusia,
Ayat 3 surah ini, Allah berfirman, “Dia menciptakan manusia.”, iaitu dari tiada kepada ada, apakah kita maklum sebelum ini, bahawa Allah yang menjadikan kita, manusia?, jawapan dari kita tentunya adalah “YA”, kerana ia sebahagian dari tauhid yang kita imani, Tauhid Rububiyah.
Kemudian, apakah kita sedari bahwa, kita boleh bercakap atau berbicara adalah kerana kita telah dihantar ke Tadika paling berprestij di muka bumi atau “Mengajarnya pandai berbicara” adalah Allah yang mengajar manusia ? jawapan kita tentunya “YA”
Dan apakah anda sedar bahwa matahari, bulan, binatang, sistem suria, beredar dalam perhitungan tertentu?..atau anda tidak pernah tahu akan kewujudan formula matematik, bagaimana Allah menghitung peredaran bulan, bintang, matahari malah bumi?
Kita terus kepada ayat 10, Allah berfirman :
“Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya).”
Untuk apa? Apa sekadar untuk dijadikan tempat untuk kita bersukan, pada riadah untuk bersuka ria, bekerja sepanjang masa? Tanpa rasa hamba, tanpa rasa bersyukur?
TIDAK MANUSIA , TIDAK !!!
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku.” (51:56)
Boleh kita bersukan, boleh juga kita berlibur di mana saja, melihat manusia dan melihat alam, mengenal budaya dan merencana pelbagai temasya, boleh berhibur bersama keluarga, rakan malah sesiapa sahaja, boleh semuanya, asal saja kita berpada, beringat-ingat sepanjang masa, takut kita terlebih bertemasya, tersua suka mendekati duka :
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”(6 : 32)
Jika kita punya harta seangkasa, jangan ia menjadi penghalang kita menjauhi Pencipta, jika kamu punya gadget mewah pelbagai guna, jangan sampai menjadi perantara antara kamu dan masa, solat terlewat, Quran tak terbaca, sibuk memanjang menghabis usia, bisa saja kita terlupa, tapi apa bisa malaikat si pencatat melupakan tugasnya !!!
Dalam surah ini, sebanyak 31 kali Allah menyatakan sifat Al-MutakabirNya, sifat Bermegah-Megah kerna itu yang sememangnya layak untukNya :
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (67 : 23)
Dan itulah keunikan surah ini, ia bukan sekadar untuk dikagumi, tapi keunikan yang justeru akan memberi kesedaran pada kita , manusia, setiap ayatnya menjurus kepada penemuan saintifik zaman moden, maka ia secara kesluruhannya membuktikan bahwa Al-Quran adalah relevan kepada zaman ini, kepada semua manusia, ia tidak terhad dan hanya ekslusif kepada golongan yang belajar agama semata-mata, tapi semua manusia, selagi mana ia mempunyai pendengaran, penglihatan dan hati nurani, untuk memahami.
Andai kita manusia mengingkari dan meninggalkannya- saksikanlah, bahawasanya kita bisa saja lebih hina dari jin, lebih horror dari jin, lebih kufur dari jin, kerana jin juga beriman kepada Allah dan rasulNya dan melaksanakan amal laksana hamba seperti juga kita
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (72:11)
Berinteraksilah kita dengan Allah SWT, melalui KalamNya, selagi mana Allah masih mempunyai Ar-Rahman-Nya, sebelum tiba saatnya, di mana sifat Al- Muntaqim-Nya pula mengambil tempat.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (54:22)
Cukuplah saya berhenti di sini, nikmat hujan Tuhan sudah pun berhenti, tiba masa untuk mata menikmati nikmatnya tidur, itu juga dari Tuhan, dari Ar- Rahman,
“Dan sesungguhnya di antara kami(jin) ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.”- (72 : 14)
Apa kita lebih JIN dari Jin ???...
p/s : * Al- Muntaqim ,= Maha Penyeksa kepada orang-orang yang berhak diseksa.
ikhsan insan
ikhsan : generasi ghuraba' dan tono