7 Jul 2009

Redup Nafas Cinta


Alhamdulillah
walau kepala makin berat,
walau tubuh makin sarat.

redup itu datang dari arah tak disangka,
dari rendangan cinta Seberang,

redup itu,
datang tika malam kelam,
tapi ia berseri tersendiri,

redup itu menaungi,
mengembalikan senyum
setelah hangat dipelukan dunia,
dihamparan fana,

dititip kembali nada cinta,
dalam irama yang asyik,
menyentuh, terus hinggap ditubuh,

redup itu datang dengan hikmah,
dengan titah lembuh lunak,
bagai betah mentafsir raut ini,
yang keningnya tampak hening,

redup itu menyapa lembut,
tegur cinta, tegur rindu,
akan kesibukan yang melelah,
akan masa yang dibuang begitu,

redup itu,
sambil mengingatkan,
apa kita parah dari Ayub,
atau lebih sibuk dari Sulaiman,

Ayub,
itu cahaya dari celah laut kegelapan,
kuat beristiqamah, kepada Tuhan,
sakit itu bukan bermaksud,
mehnah itu tidak bererti,
bahawa Tuhan mencaci,
bahawa Tuhan sedang menghina,

Sulaiman,
kau raja dari banyaknya Raja,
Yang dilautan kau miliki,
yang didaratan kau jajahi,
yang dilangit kau kuasai,
itu mukjizatmu,
tapi kau tak pernah lupa,
Yang mana Pemerintah Alam,
dan siapa itu hamba,
lantas kau tak alpa,
bahawa kesibukan terhadap kekuasaan tal menjadi,
penghalang kau bersama pada jalanNya,

apakah raut ini lebih parah sakitnya dari Ayub,
apakah raut ini lebih berkuasa dari kerajaan Sulaiman,
apakah dengan sibuknya Ayub akan sakitnya menjauhkan dia
dari ranting-ranting CintaiNya,
apakah dengan sibuknya akan kuasanya menjauhkan dia
dari benang-benang TaliNya,
Apakah!!!

dan...
dan redup itu akan pergi,
hanya ditinggalnya kenangan dan harapan,
moga yang ditinggalnya beroleh maslahat,
menjernihkan kembali objek dan objektif dakwah,
agar tujuan itu kembali dilafaz,
agar Cinta itu kembali berNafas.

redup nafas cinta
IkhsanInsan
Selama mana usaha mendekati CintaNya
Sri Petaling

Setiap orang yang berusaha untuk meninggikan kalimah Islam boleh menggunakan segala yang ada padanya seperti harta benda, jiwa raga, pena (penulisan), dan lisan (dakwah).
-Sayyid Abul 'Ala al Maududi-